Lukas 17:11-19. 17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem f Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. g 17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta h menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh i 17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, j kasihanilah kami!" 17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah 15Ayat Alkitab Tentang Perbuatan Baik dan Kebaikan. 30 Juli 2022 oleh Abu Ubaidillah. Ayat Alkitab tentang perbuatan baik. Setiap orang harus berbuat baik, itu mutlak. Tidak ada alasan untuk melakukan kejahatan, baik pada diri sendiri, teman, pasangan, orang tua, sesama, bahkan agama dan Tuhan Yesus Kristus. Daftar Ayat. Lukas 17:11-19. Sepuluh Orang Kusta Disembuhkan. 17:11 Dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, Yesus menyusuri perbatasan antara Samaria dan Galilea. Ayat SH: Lukas 17:11-19 Judul: Ingat atau Lupa Kebaikan-Nya? Ketika masalah atau penyakit datang menimpa, biasanya kita langsung datang kepada Tuhan. Saat seperti ini, kita tak henti-hentinya berdoa, bahkan berpuasa. Kita berharap agar Tuhan segera melepaskan beban itu dan menyediakan jalan keluarnya. Demikian halnya dengan sepuluh orang kusta. Vay Nhanh Fast Money. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak ”Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Lalu Ia memandang mereka dan berkata ”Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata ”Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu ”Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. gambar Dibanding penulis kitab Injil yang lain Matius, Markus dan Yohanes, maka penulis Injil Lukas lah yang memberikan perhatian sangat besar terhadap orang Samaria. Misalnya cerita indah yang dicatat Lukas mengenai orang Samaria yang baik hati Lukas 1030-37; selanjutnya, kisah orang Samaria yang disembuhkan Tuhan Yesus karena kusta Lukas 1711-19. Bahkan Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk bermisi ke Samaria juga dicacat oleh Lukas Lukas 952-53. Meskipun misi itu ditolak oleh orang Samaria. Ketika Yesus menyuruh para pengikut-Nya untuk menjadi saksi-Nya di Yerusalem dan di seluruh Yudea, maka tidak ada masalah sejauh itu. Tetapi ketika Yesus menambahkan Samaria, tentu sangat mengherankan bagi pengikut-Nya yang berasal dari Yahudi. Hal ini tentu sangat asing bagi orang Yahudi, karena bagai mana pun orang Samaria tetap dianggap bangsa kafir, rendah, berdosa, tidak bermoral dan bahkan dianggap anjing Lht. Markus 727-28 dan Matius 1525-26. Mengapa bisa demikian? Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka ada baiknya kita melihat latar belakang kota Samaria, terutama dalam bidang keagamaan. Samaria adalah ibu kota Israel Utara. Sebelum ditaklukan Asyur tahun 722 SM, Israel Utara telah hidup bersinkretisme atau menyembah dewa bangsa-bangsa sekitarnya, seperti bangsa Hamat, Arabia bagian selatan, dan Asyur. Kerja sama dalam bidang politik dan ekonomi adalah menjadi sarana yang tepat mengenai masuknya penyembahan berhala di ibu kota Israel Utara Samaria. Bahkan praktik penyembahan berhala juga mereka lakukan di dalam Bait Suci di Betel. Misalnya menyembah dewa Molokh dewa sembahan bani Amon, yang kepadanya mereka mempersembahkan kurban berupa anak sulung manusia. Selanjutnya, setelah ditaklukan kerajaan Asyur, kehidupan keagamaan Israel Utara semakin bobrok, yaitu mereka menyembah dewi Asheradan dewi-dewi sembahan Asyur lainnya. Kawin campur pun tak terhindarkan setelah mereka hidup berbaur atau bergaul dengan orang-orang Asyur. Selanjutnya, mereka juga menyembah dewa Baal, yaitu dewa kesuburan orang Kanaan. Demikianlah konteks keagamaan di Samaria saat itu. Itulah sebabnya, penduduk Samaria dipandang rendah, dianggap bangsa tak ber-Tuhan dan dicap sebagai bangsa kafir, berdosa, terpinggirkan, dan terhina. Alasan yang tidak kalah kuatnya atas anggapan di atas adalah masalah masalah kawin campur. Kawin campur dengan bangsa non-Israel adalah sama artinya dengan menodai kemurnian mereka sebagai umat Israel dan bangsa pilihan Allah. Selain itu, kawin campur juga sama artinya dengan menukar Allah Yang Esa dengan dewa-dewa sembahan bangsa non-Israel. Itulah konsep pemikiran yang ditanamkan orang Israel, yang masih menganggap dirinya murni, belum ternodai, tidak pernah melakukan kawin campur dengan wanita bangsa-bangsa non-Israel. Konsep pemikiran seperti yang dijelaskan di atas tetap menjadi warisan yang tak terhapuskan hingga pada jaman kehidupan Yesus. Itulah sebabnya, orang Samaria dalam teks Lukas 1711-19 yang disembuhkan Yesus disebut sebagai orang asing. Label ini mengindikasikan bahwa pada saat itu penduduk kota Samaria tetap tidak dianggap sebagai bangsa yang kasihi oleh Tuhan. Tetapi justru tetap dipandang sebelah mata, yakni sebagai bangsa yang tidak beriman, kafir, sesat dan tidak ber-Tuhan. Penduduk kota Samaria seolah-olah tidak pernah diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan di masa lalu. Secara tidak langsung bangsa Israel mengatakan “kami orang saleh, suci, tidak berdosa, umat pilihan Allah, sedangkan kalian, sampai kapan pun tetap sebagai umat berdosa dan tidak ber-Tuhan”. Bahkan penulis Injil Yohanes mengatakan, bahwa orang Israel tidak pernah bergaul dengan orang Samaria Yoh. 41-42.Sungguh pemikiran yang sempit, angkuh, sombong dan picik. Itulah sebabnya, Lukas mengemukakan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang Samaria, yang selama ini ditutup-tutupi. Secara tidak langsung, Lukas ingin mengatakan bahwa Tuhan saja memberikan kesempatan kepada mereka yang bertekat menyesali dan memperbaiki kelakuan dan sikapnya yang jahat. Tapi mengapa, sesama manusia justru justru kejamnya melebihi Tuhan? Pernyataan-pernyataan memang patut diajungi dua jempol. Lukas begitu demokratis dan sangat terbuka menyatakan bahwa kebaikan itu justru datang dari pikah, yang selama ini dipandang hina dan kafir. Lukas melihat, bahwa kehadiran Yesus ternyata berusaha menghapuskan pemikiran yang keliru itu, yang selama ini dipermanenkan oleh orang-orang Yahudi. Yesus telah merobohkan tembok pemisah antara Yahudi dan Samaria. Apa yang dilakukan Yesus ternyata memperihatkan bahwa Dia sangat mencintai persatuan, dan sekaligus untuk menyatakan bahwa Tuhan mengasihi semua manusia tanpa terkecuali. Itulah juga yang mau diperlihatkan oleh Lukas 1711-19. Perhatikan kata “perbatasan” pada ayat 11! Ini memperlihatkan, bahwa perbatasan itu sengaja dibangun untuk memisahkan pihak orang yang SUCI dan yang BERDOSA, yang KAFIR dan yang BERTUHAN dan seterusnya. Dengan kata lain, yang Israel, yang suci dan ber-Tuhan tidak boleh memasuki daerah atau kota orang berdosa dan kafir Samaria, karena haram hukumnya. Tetapi Yesus justru melakukan perbuatan yang dipandang haram oleh orang Yahudi. Perhatikan kalimat “Ketika Ia Yesus memasuki suatu desa datanglah orang kusta menemui Dia” ayat 12. Kalimat di atas memberitahukan kepada kita, bahwa desa yang tidak disebutkan namanya itu kemungkinan sengaja dibangun khusus sebagai tempat tinggal untuk orang-orang yang terkena penyakit kusta. Itulah sebabnya, desa itu dikatakan terletak di perbatasan antara Samaria dan Galilea. Artinya, entah itu orang dari Samaria atau dari Yerusalem, Galilea dst, diisolasi di desa tersebut. Karena penyakit kusta adalah penyakit menular, maka mereka berdiri agak jauh dari Yesus lih. ayat 13. Seruan mereka meminta belas kasihan dari Yesus memperlihatkan, betapa tersiksanya mereka, apalagi tidak dianggap oleh keluarga dan tidak pernah dikasihi, diobati, dan dibawa ke tabib oleh saudara-saudaranya. Kecuali setelah mereka sembuh baru boleh pulang ke rumah masing-masing. Kemungkinan yang sembilan orang itu langsung pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka lupa, bahwa mereka telah disembuhkan oleh Yesus. Pertanyaannya, apakah Yesus tidak tahu, bahwa mereka akan pulang setelah disembuhkan, sehingga hanya orang Samaria lah yang harus mengucap syukur? Saya yakin sepenuhnya bahwa Yesus tahu hal itu. Tetapi mengapa Yesus masih menyembuhkan mereka? Jawabannya HANYA KARENA KASIH. Perhatikan kata “memandang” pada ayat 14! Dalam bahasa aslinya Yunani mengunakan kata “eido” bentuk imperatif perintah! Artinya, Yesus tidak hanya melihat kemudian membiarkan, tetapi melihat dengan penuh belaskasihan dan harus menyembuhkan mereka. Kemungkinan yang sembilan orang itu adalah orang Yahudi. Itulah sebabnya Yesus menyuruh mereka memperlihatkan apa yang telah mereka alami kepada imam-imam. Tetapi, setelah sembuh ternyata mereka lupa pada Yesus dan tidak mengucap syukur pada Tuhan. Dan justru orang yang dianggap hina yang ingat bahwa dirinya harus mengucap syukur pada Yesus. Ucapan syukur dari yang hina itu diperlihatkan secara gamblang pada ayat 15-16. Dikatakan demikian dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang “memuliakan Allah dengan suara nyaring” pada ayat 15 memperlihatkan, betapa bahagianya ketika ia telah sembuh, dan kata “tersungkur” pada ayat 16 untuk memperlihatkan betapa tulusnya ucapan syukur yang dia panjatkan kepada Allah. Melihat kesungguhan dan ketulusan ucapan syukur itu, maka Yesus mengatakan Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau ayat 19. Sungguh ucapan syukur yang begitu tulus dan mulia. Meskipun dipandang hina dan kafir atau tidak ber-Tuhan, oleh mereka yang menganggap dirinya benar, kudus dan ber-Tuhan, tetapi melalui peristiwa itu, Yesus memperlihatkan betapa Allah melihat hati yang tulus dan penuh kerendahan hati untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu. Tetapi serenmtak dengan itu, Yesus memperlihatkan, bahwa orang Samaria juga dikasihi oleh Allah. Maka alangkah memalukannya hal itu bagi orang Israel ketika Yesus mengatakan, bahwa yang sembilan orang itu tidak memuliakan Allah baca ayat 17-18. Perhatikan kalimat tanya Yesus berikut Di manakah yang sembilan orang itu? Secara tidak langsung, Yesus ingin mengatakan di mana letak kesucian kalian sebagai umat pilihan Allah? Kemudian Yesus meneruskan perkataannya dengan nada yang lebih tegas demikian Tidak adakah mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?. Secara tidak langsung, Yesus ingin mengatakan bahwa mengapa kalian yang kudus, yang tidak berdosa, dan menganggap diri ber-Tuhan, tetapi justru tidak memperlihatkan bahwa hidup kalian ber-Tuhan? Dengan kata lain, jika mereka adalah umat ber-Tuhan, tetapi mengapa mereka tidak mengucap syukur pada Tuhan, tetapi justru mengabaikannya? Melainkan orang yang dianggap hina, kafir, asing, dan tidak ber-Tuhan orang Samaria yang mengucap syukur. Kalimat itu pasti sangat menyakitkan, memukul dan memalukan bagi orang Yahudi yang mendengarnya saat itu. Maka, harus diakui bahwa itu adalah salah satu alasan mengapa Yesus sangat dibenci oleh orang Yahudi, dan punyak kebencian itu terbukti ketika Yesus diSalibkan. Jika kita merefleksikan teks di atas dalam kehidupan kita sehari-hari, bukankah pemikiran yang sama dengan pemikiran orang Yahudi yang sering kita pelihara dan agung-agungkan? Kita cenderung menganggap diri kitalah orang yang paling suci, kudus, ber-Tuhan dan telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, dan kita menklaim bahwa kita pasti masuk surga. Mereka yang beragama lain kita anggap kafir, berdosa, tidak ber-Tuhan dan pasti menjadi penghuni neraka. Pernyataan yang sangat sombong, arogan, angkuh, picik dan sempit. Bahkan tidak jarang sesama warga gereja pun kita sering menghakimi sesama kita sebagai pendosa orang yang berdosa dan terus-menerus melakukan dosa, tetapi kita lupa bahwa diri kita masih manusia dan bukan Tuhan. Kita cenderung melihat seberapa besar dosa orang lain dibandingkan melihat seberapa besar dosa yang ada di dalam diri kita. Perkataan dan perbuatan-perbuatan kita tidak menunjukan bahwa kita adalah orang ber-Tuhan. Demikian juga dalam ucapan syukur, yaitu justru mereka yang kita anggap tidak ber-Tuhan yang rajin mengucap syukur pada Tuhan. Sementara kita lebih mengikuti apa yang dilakukan oleh yang sembilan orang tadi, yaitu lupa dan bahkan tidak mau bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan dan lakukan dalam hidup kita. Jika sikap itu yang kita pelihara, maka kita harus belajar dari orang Samaria, yang hina dan dianggap berdosa, tetapi memperlihatkan bahwa dirinya adalah orang yang beriman kepada Tuhan. Lihat Catatan Selengkapnya 11 A caminho de Jerusalém, Jesus passou pela divisa entre Samaria e Ao entrar num povoado, dez leprosos dirigiram-se a ele. Ficaram a certa distância13 e gritaram em alta voz "Jesus, Mestre, tem piedade de nós! "14 Ao vê-los, ele disse "Vão mostrar-se aos sacerdotes". Enquanto eles iam, foram Um deles, quando viu que estava curado, voltou, louvando a Deus em alta Prostrou-se aos pés de Jesus e lhe agradeceu. Este era Jesus perguntou "Não foram purificados todos os dez? Onde estão os outros nove?18 Não se achou nenhum que voltasse e desse louvor a Deus, a não ser este estrangeiro? "19 Então ele lhe disse "Levante-se e vá; a sua fé o salvou". GambarTwo leperous men kneeling before Christ. The men are extending their arms and beseeching the Lord to heal them. Christ, with His arm raised, stands before them. A crowd of several men are approaching from behind Christ. Saat bepergian dari Galilea ke Yerusalem, Yesus menyembuhkan sepuluh penderita kusta. Hanya satu dari mereka yang telah disembuhkan kembali untuk berterima kasih kepada Yesus. Pelajaran ini dapat membantu Anda merasakan dan menyatakan rasa syukur kepada Bapa Surgawi, Yesus Kristus, dan lainnya. Mengajak siswa untuk membaca dengan saksama. Membaca dengan saksama dapat membantu siswa mengenali detail penting dan membayangkan apa yang sedang terjadi. Ini dapat membantu siswa membangun pemahaman dasar mereka tentang tulisan suci, mengidentifikasi asas dengan lebih baik, dan mengaitkan tulisan suci dengan kehidupan mereka sendiri. Persiapan siswa Ajaklah siswa untuk datang siap untuk berbagi pengalaman baru-baru ini saat mereka merasa bersyukur kepada Bapa Surgawi atau Yesus Kristus. Sebagai alternatif, siswa dapat membuat sebuah daftar yang mendeskripsikan apa yang telah diperbuat oleh Bapa Surgawi dan Yesus Kristus bagi mereka. Kemungkinan Kegiatan Pemelajaran Perasaan Anda saat ini tentang rasa syukur Untuk kegiatan berikut, pertimbangkan untuk mengajak siswa berbagi pengalaman mereka tentang rasa syukur sebelum menyelesaikan penilaian diri. Mungkin berguna untuk menampilkan penilaian diri tersebut untuk diperiksa dan direnungkan oleh siswa. Menggunakan kata-kata “biasanya,” “kadang-kadang,” atau “tidak pernah,” evaluasilah diri Anda sendiri dalam pernyataan-pernyataan berikut ini Saya merasa bersyukur untuk Bapa Surgawi, Yesus Kristus, dan lainnya. Saya mengekspresikan perasaan syukur saya. Mengekspresikan rasa syukur memiliki dampak positif dalam kehidupan saya. Sewaktu Anda melanjutkan penelaahan Anda, carilah bimbingan Roh Kudus untuk membantu Anda mengetahui bagaimana menunjukkan rasa syukur dapat memberkati kehidupan Anda. Kusta Apa yang Anda ketahui tentang penyakit kusta? Dengarkan dengan saksama tanggapan siswa, dan tambahkan yang mana pun dari informasi berikut ini untuk mengklarifikasi atau menambahkan apa yang siswa katakan. Kusta, lebih umum terjadi di zaman dahulu daripada sekarang, adalah penyakit kulit yang dapat berujung pada cacat fisik dan kematian. Di zaman Alkitab, penderita kusta dipisahkan dari masyarakat lainnya dan diminta untuk berseru “Najis!” untuk memperingatkan siapa pun yang mendekati mereka lihat Bible Dictionary, “ Leper ,” “ Leprosy ”. Apa kiranya perasaan dan pengalaman sehari-hari seorang penderita kusta di zaman Alkitab? Apa saja alasan mengapa remaja mungkin mengalami perasaan serupa di zaman kita? Bacalah Lukas 1711–14 , membayangkan dengan saksama apa yang Anda baca. Membaca dengan saksama, memperhatikan detail, dan membayangkan apa yang Anda baca dapat menuntun pada pengalaman yang lebih bermakna dalam menelaah tulisan membaca ayat-ayat ini, cobalah menjawab sebanyak mungkin dari lima pertanyaan berikut mengenai detail yang ada di Lukas 1711–14 semampu Anda tanpa merujuk pada tulisan suci. Pertimbangkan untuk menampilkan pertanyaan-pertanyaan berikut atau menyediakan selebaran berikut. Ajaklah siswa untuk bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan detail yang mereka ingat. GambarRead carefully and visualize Bacalah dengan saksama, dengan memperhatikan detail Seberapa dekat orang-orang kusta itu dengan Juruselamat? Apa yang diminta orang-orang kusta itu dari Juruselamat? Apa yang Juruselamat katakan kepada mereka? Berapa banyak dari orang-orang kusta itu yang beriman untuk melakukan apa yang diminta oleh Juruselamat? Apa yang sedang dilakukan orang-orang kusta itu ketika mereka disembuhkan? Bayangkan apa yang Anda baca Bayangkan diri Anda sendiri sebagai salah satu dari orang kusta yang ditahirkan. Seperti apa rasanya disembuhkan dari kusta? Bagaimana kiranya perasaan Anda? Menurut Anda mengapa penyembuhan dalam kisah ini terjadi “sementara mereka di tengah jalan”? ayat 14. Menurut Anda apa yang akan Anda lakukan saat Anda menyadari bahwa Juruselamat telah menyembuhkan Anda? Bacalah Lukas 1715–19 dengan saksama, terus berlatih membayangkan apa yang Anda baca dan mencari detail-detail penting. Apa saja detail dari ayat-ayat ini yang tampak paling penting bagi Anda? Apa yang Anda pelajari tentang menunjukkan rasa syukur dan berkat-berkat yang dibawanya? Apa yang kita pelajari mengenai Yesus Kristus dari tanggapan-Nya kepada satu orang yang kembali? Bapa Surgawi senang memberkati kita dan melakukannya dengan banyak cara. Dia juga mengutus Juruselamat Yesus Kristus dan memberkati anak-anak-Nya melalui Juruselamat. Satu kebenaran yang kita pelajari dari kisah ini adalah bahwa sewaktu kita menyatakan rasa syukur untuk berkat-berkat yang kita terima dari Bapa Surgawi dan Yesus Kristus, kita dapat diselamatkan. Mungkin bermanfaat untuk tahu bahwa jika orang kusta disembuhkan dari penyakit kusta, mereka diharuskan, di bawah Hukum Musa, untuk memperlihatkan diri mereka kepada imam agar dinyatakan tahir serta kembali ke rumah dan masyarakat mereka lihat Imamat 14. Kita tidak mengetahui alasan mengapa masing-masing dari kesembilan orang yang lain tidak kembali untuk berterima kasih. Mereka menunjukkan iman kepada Juruselamat, patuh, dan disembuhkan, namun Juruselamat berkata kepada yang satu yang kembali dan berterima kasih, yang adalah orang Samaria, bahwa imannya telah “menyelamatkannya” Lukas 1719. Apa kiranya perbedaan antara disembuhkan dari kusta dan diselamatkan? Apa yang Anda pelajari dari kisah ini yang dapat berdampak pada hubungan Anda dengan Juruselamat? Bagaimana membaca dengan saksama, memperhatikan detail, dan membayangkan ayat-ayat ini berdampak pada pengalaman belajar Anda? Bacalah pernyataan kenabian berikut, pertimbangkan bagaimana ajaran-ajaran tentang syukur ini berlaku bagi satu orang kusta tersebut dan bagi kehidupan Anda Thomas S. Monson mengajarkan GambarOfficial portrait of President Thomas S. Monson, 2008. Dengan tulus menyatakan terima kasih tidak saja menolong kita mengenali berkat-berkat kita, namun juga membuka pintu surga serta menolong kita merasakan kasih Allah. Thomas S. Monson, “Karunia Ilahi Rasa Syukur,” Ensign atau Liahona, November 2010, 87 Presiden Russell M. Nelson menekankan nilai dari merasa bersyukur kepada Tuhan. Saksikan video “President Russell M. Nelson on the Healing Power of Gratitude” dari kode waktu 342 hingga 428 atau bacalah teks di bawah ini. GambarOfficial portrait of President Thomas S. Monson, 2008. Selama sembilan setengah dekade kehidupan saya, saya telah menyimpulkan bahwa menghitung berkat-berkat kita adalah jauh lebih baik daripada menceritakan masalah-masalah kita. Apa pun situasi kita, memperlihatkan rasa syukur atas privilese kita adalah resep rohani yang berfungsi cepat dan tahan lama. Apakah rasa syukur membebaskan kita dari dukacita, kesedihan, nestapa, dan rasa sakit? Tidak, namun itu menenangkan perasaan kita. Itu memberi kita perspektif yang lebih besar mengenai tujuan utama dan sukacita kehidupan. “President Russell M. Nelson on the Healing Power of Gratitude,” Untuk membantu mengenali dan memperbaiki pernyataan rasa syukur Anda bagi Bapa Surgawi dan Yesus Kristus, salin bagan berikut ke dalam jurnal penelaahan Anda. Berkat-berkat yang telah saya terima dari Bapa Surgawi dan Yesus Kristus Cara-cara saya dapat menyatakan rasa syukur untuk berkat-berkat ini Bapa Surgawi dan Yesus Kristus telah memberkati Anda dengan cara-cara yang berarti dan pribadi. Renungkan berkat-berkat ini dengan saksama, dan tuliskan itu di kolom pertama. Mungkin bermanfaat untuk mengucapkan doa dalam hati meminta Bapa Surgawi untuk membantu Anda menyadari banyaknya cara Dia telah memberkati Anda. Lalu tuliskan beberapa cara di kolom kedua bagaimana Anda dapat memperlihatkan rasa syukur untuk berkat-berkat ini. Ayat-ayat berikut ini dapat membantu Anda memunculkan gagasan Mosia 220–22 ; Matius 2540 ; Filipi11–3 ; 1 Tawarikh 1629 . Bagaimana meluangkan waktu untuk merenungkan berkat-berkat ini secara pribadi berdampak terhadap diri Anda? Memeriksa daftar Anda mengenai cara-cara menyatakan rasa syukur, mana yang secara spesifik ingin Anda perbaiki atau mulai lakukan? Mengapa? Bagaimana Anda dapat memulai? Bantulah siswa berbagi tentang pengalaman mereka dari belajar dan menelaah hari ini. Pertimbangkan untuk memperkenankan mereka saling mengajar satu sama lain dengan berbagi daftar berkat mereka, cara menyatakan rasa syukur, serta gol-gol mereka untuk perbaikan dan penerapan. Bersaksilah, atau ajaklah seorang siswa untuk bersaksi, tentang kuasa dari menyatakan rasa syukur. Ulasan dan Informasi Latar Belakang Lukas 1714 . Apakah penting bahwa orang kusta yang kembali adalah orang Samaria? Orang Samaria adalah mereka yang tinggal di Samaria yang “agamanya adalah campuran kepercayaan dan praktik Yahudi dan kafir” lihat Penuntun bagi Tulisan Suci, “ Orang-Orang Samaria ”. Mereka sering dipandang rendah oleh kebanyakan orang Yahudi. Pikirkan mengapa Lukas menyebutkan bahwa orang kusta yang bersyukur adalah orang Samaria. Apa yang detail ini tambahkan pada pemahaman kita mengenai kisah ini? Apakah yang hal ini ajarkan kepada Anda tentang Juruselamat? Bagaimana rasa syukur berbeda dari mengucapkan terima kasih? Presiden David O. McKay mengajarkan tentang rasa syukur dan sikap berterima kasih GambarCrop of portrait of President David O. McKay wearing a dark blue suit and seated in a chair with his hands are clasped. Rasa syukur lebih dalam daripada ucapan terima kasih. Sikap berterima kasih adalah awal dari rasa syukur. Rasa syukur adalah penyempurnaan dari rasa terima kasih. Sikap berterima kasih mungkin terdiri dari perkataan semata. Rasa syukur ditunjukkan dalam tindakan. David O. McKay, “The Meaning of Thanksgiving [Makna dari Pemberian Ucapan Terima Kasih,” Improvement Era, November 1964, 914 Bagaimana rasa syukur dapat berdampak pada kehidupan saya? Video-video berikut menggambarkan dampak dari rasa syukur. Kegiatan Pemelajaran Tambahan Bandingkan dan kontraskan Untuk membantu siswa belajar lebih lanjut mengenai Yesus Kristus, ajaklah mereka untuk memeriksa persamaan dan perbedaan dari penyembuhan dalam Lukas 512–15 dan Lukas 1711–19 . Apa yang disorot dan diajarkan oleh kisah-kisah yang berbeda ini tentang Yesus Kristus? Penyataan rasa syukur Pertimbangkan mengajak siswa untuk menulis sepucuk surat kepada Bapa Surgawi mengekspresikan rasa syukur mereka atas berkat-berkat yang telah Dia berikan kepada mereka, khususnya melalui Putra-Nya, Yesus Kristus. Apa yang akan paling membantu untuk disertakan dalam surat ini? Apa kiranya perbedaan yang dihasilkan dari menulis surat ini? Siapa lagi yang Tuhan mungkin inginkan Anda jangkau dan nyatakan rasa syukur kepadanya?

lukas 17 ayat 11 19